BAB I. PENDAHULUAN
Strategi belajar
mengajar merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran
tertentu, yang meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat
memberikan pengalaman belajar kepada siswa (Gerlach dan Ely). Sedangkan menurut
Dick dan Carey berpendapat bahwa strategi belajar mengajar tidak hanya terbatas
prosedur kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket
pengajarannya. Strategi belajar mengajar terdiri atas semua komponen meteri
pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai
tujuan pengajaran tertentu. Gropper mengatakan bahwa strategi belajar mengajar
merupakan pemiliha jenis latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan
dicapai. Gropper juga mengatakan bahwa perlu adanya kaitan antara strategi belajar
mengajar dengan tujuan pengajaran, agar diperoleh langkah-langkah kegiatan
belajar-mengajar yang efektif dan efisien. Ia mengatakan bahwa strategi belajar
mengajar ialah suatu rencana untuk pencapaian tujuan belajar mengajar. Strategi
belajar mengajar terdiri dari metode dan teknik.
Metode menurut Winarno
Surakhmad adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai
suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru (metode mengajar) maupun bagi
siswa (metode belajar). Makin baik metode yang dipakai, makin efektif pula
pencapaian tujuan. Pada pembahasan kali ini akan menjelaskan mengenai metode
inquiry
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Inquiry
Metode inquiry menurut
Roestiyah (2001:75) merupakan suatu teknik atau cara yang dipergunakan guru
untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah
ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok
mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari,
meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka
di dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan
baik. Akhirnya hasil laporan dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi
secara luas. Dari sidang pleno kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan
hasil kerja kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut
yang harus dilaksanakan, hal itu perlu diperhatikan.
Metode inquiry adalah
metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah
didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek
belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234).
Kendatipun metode ini
berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting
sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta
didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan,
melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru
berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang
kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang
bervariasi.
Metode inquiry yang
mensyaratkan keterlibatan aktif siswa terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar
dan sikap anak terhadap Matematika dan Sains (Haury dalam Sutrisno: 2008).
Dalam makalahnya Haury menyatakan bahwa metode inquiry membantu perkembangan
antara lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah,
pengetahuanvocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap
positif. Dapat disebutkan bahwa metodeinquiry tidak saja meningkatkan
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam matematika saja, melainkan juga
membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa.
Walaupun dalam praktiknya
aplikasi metode pembelajaran inquiry sangat beragam, tergantung pada
situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan
metode inquiry (Garton dalam Sutrisno: 2008) memiliki 5 komponen yang umum
yaitu Question, Student
Engangement, Cooperative Interaction, Performance
Evaluation, dan Variety
of Resources.
1.
Question
Pembelajaran
biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin
tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Untuk memudahkan
proses ini, guru menanayakan kepada siswa mengenai hipotesis yang memungkinkan.
Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan
permasalahan yang diberi. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang
dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh
siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang
harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini – sesuai
denganTaxonomy Bloom – siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah
seperti evaluasi,sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti
tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau
dikonstruksi.
2.
Student
Engangement
Dalam
metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan
sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif
menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada
akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah
produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau
dalam melakukan sebuah investigasi.
3.
Cooperative
Interaction
Siswa diminta
untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan
berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari
permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin
saja semua jawaban benar.
4.
Performance
Evaluation.
Dalam menjawab
permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat
menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang
dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik,
poster, karangan, dan lain-lain.
5.
Variety of Resources
Siswa dapat
menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website,
televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya.
Metode inquiry salah
satu strategi pembelajaran yang memungkinkan para peserta didik mendapatkan
jawabannya sendiri. Metode pembelajaran ini dalam penyampaian bahan pelajarannya
tak dalam bentuk final dan tak langsung. Artinya, dalam
metode inquiry peserta didik sendiri diberi peluang untuk mencari,
meneliti dan memecahkan jawaban, menggunakan teknik pemecahan masalah.
Pendekatan dan strategi
pembelajaran saat ini diharapkan lebih menekankan agar siswa dipandang sebagai
subjek belajar. Konsep ini bertujuan hasil pembelajaran lebih bermakna bagi
siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah, siswa ‘bekerja’ dan mengalami,
bukan berupa transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pendidikan tak lagi
berpusat pada lembaga atau pengajar yang hanya mencetak lulusan kurang
berkualitas, tapi berpusat pada peserta didik.
Pendekatan inquiry adalah
pendekatan mengajar di mana siswa merumuskan masalah, mendesain eksperimen,
mengumpulkan dan menganalisis data sampai mengambil keputusan sendiri.
Pendekatan inquiry
harus memenuhi empat kriteria ialah kejelasan, kesesuaian, ketepatan dan
kerumitannya. Setelah guru mengundang siswa untuk mengajukan masalah yang erat
hubungannya dengan pokok bahasan yang akan diajarkan, siswa akan terlibat dalam
kegiatan inquiry dengan melalui 5 langkah-langkah, yaitu:
1. Orientasi
Pada langkah orientasi terdiri dari penyajian
masalah, penjabaran tujuan pembelajaran, dan sebagainya untuk pengantar dalam
materi. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk
mengumpulkan informasi. Keterlibatan siswa pada tahap ini yaitu: (1) memberi
respon positif terhadap masalah yang dikemukakan, (2) mengungkapkan ide awal.
2. Perumusan
masalah
Siswa
mulai merumuskan permasalahan yang diberikan guru. Guru memberikan pertanyaan
pengarah sehingga siswa mampu mengidentifikasi dan merumuskan
hipotesis.Keterlibatan siswa pada tahap ini yaitu (1) melakukan pengamatan
terhadap masalah yang diberikan, (2) merumuskan masalah, (3) mengidentifikasi
masalah.
3. Perumusan
hipotesis
Langkah selanjutnya adalah merumuskan hipotesis atau
jawaban sementara dari permasalahan yang telah dirumuskan untuk selanjutnya
merancang beberapa eksperimen dan mengumpulkan data untuk melakukan pengujian
hipotesis.
4. Pengumpulan
data
Siswa mengumpulkan data terkait dengan permasalahan
yang diberikan guru dan juga untuk menguji kebenaran hipotesis. Dalam tahap ini
siswa dituntut untuk berpikir kritis dan analitis dalam mengumpulkan data-data mengenai
permasalahan.
5. Pengujian
hipotesis
Setelah merumuskan hipotesis dan mengumpulkan data,
Guru mengajak siswa untuk melakukan analisis dan diskusi terhadap hasil data
yang diperoleh dengan hipotesis yang dirumuskan sehingga siswa mendapatkan
konsep dan teori yang benar sesuai konsepsi ilmiah. Keterlibatan siswa dalam
tahap ini adalah (1) melakukan diskusi, (2) membandingkan rumusan hipotesis
dengan hasil data, dan (3) menyimpulkan hasil pengumpulan data.
6. Penarikan
kesimpulan
Setelah siswa berdiskusi mengenai jawaban atau
konsep dari permasalahan, penarikan kesimpulan bersama-sama dilakukan dengan
guru mengenai kebenaran konsep permasalahan secara ilmiah.
BAB III. PEMBAHASAN
3.1 Penerapan
Metode Inquiry dalam Pembelajaran Teks Eksposisi di SMA Kelas X
Pada
pembahasan ini pemakalah membatasi pembelajaran teks eksposisi dengan
menggunakan KD 3.1 dan KD. 4.1. Di mana KD tersebut memiliki indikator sebagai
berikut: (1) menemukan struktur isi teks ekposisi, (2) menemukan
ciri bahasa teks eksposisi, (3) Menjelaskan
istilah yang terdapat dalam teks eksposisi, (4) Menjawab pertanyaan terkait
dengan isi teks eksposisi.
3.1.1
Penerapan
Metode Inquiry KD 3. 1 Memahami struktur
dan kaidah teks eksposisi baik melalui lisan maupun tulisan.
1.
Orientasi
Pada tahap awal pembelajaran, guru menyampaikan KD
dan Indikator secara runtut, agar siswa mengerti materi yang akan diajarkan.
Kemudian, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk memancing siswa terkait
materi yang diajarkan pertemuan sebelumnya yang memiliki hubungan dengan
materi. Pada tahap ini guru mengamati respon (tanggapan) siswa terhadap materi
eksposisi.
2.
Perumusan masalah
Pada tahap ini
guru memberikan contoh teks eksposisi, setelah itu guru mengupayakan adanya
interaksi dengan siswa terkait dengan jenis eksposisi yang dicontohkan, lalu
guru memberikan penjelasan mengenai adanya beberapa jenis teks eksposisi.
Setelah siswa paham, siswa mengamati salah satu contoh teks eksposisi.
Setelah
mengamati salah satu contoh teks eksposisi, siswa merumuskan apa yang dimaksud
dengan struktur isi teks eksposisi. Strukur isi teks eksposisi pada tahap ini
merupakan masalah yang dirumuskan dan diidentifikasi bersama.
3.
Perumusan hipotesis
Langkah selanjutnya adalah siswa menemukan jawaban
sementara mengenai pengertian teks eksposis beserta struktur isi eksposisi.
Jawaban tersebut termasuk hipotesis atau jawaban sementara. Selanjutnya, guru
merancang beberapa eksperimen dengan mengumpulkan data untuk melakukan
pengujian hipotesis dengan pembentukan kelompok 3-5 siswa.
4.
Pengumpulan data
Siswa yang telah digabung ke dalam beberapa kelompok
di kelas melakukan pencarian dan penemuan atas data-data mengenai permasalahan
teks eksposisi, struktur isi teks eksposisi, dan ciri kebahasaannya. Pada tahap
ini siswa dituntut untuk mampu berpikir kritis dan analisis.
5.
Pengujian hipotesis
Pada tahap ini perwakilan siswa dari masing-masing
kelompok yang telah dibentuk guru mengeksplorasi temuan data yang telah
diperolehnya, meliputi pengertian teks eksposisi, struktur bahasa teks
eksposisi, dan ciri bahasa teks eksposisi.
Selanjutnya,
siswa mendiskusikan dari perwakilan kelompok yang telah mengemukakan
konsep dan teorinya. Lalu, membandingkan dengan rumusan hipotesis awal. Setelah
itu, siswa menyimpulkan hasil temuan terkait dengan struktur isi eksposisi
(tesis argumentasi, penegasan pendapat ulang pendapat) dan ciri bahasanya.
6.
Penarikan kesimpulan
Setelah siswa berdiskusi mengenai jawaban atau
konsep dari permasalahan, penarikan kesimpulan bersama-sama dilakukan dengan
guru mengenai kebenaran konsep permasalahan secara ilmiah.
Pada tahap ini siswa bersama
guru menyimpulkan konsep dari permasalahan. Selain itu, siswa
memberikan refleksi atas kegiatan yang sudah dilakukan. Kemudian, siswa
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru terkait rencana tindak lanjut.
3.1.2
Penerapan Metode Inquiry KD 4.1 Menginterpretasi makna
teks eksposisi baik secara lisan maupun tulisan
1. Orientasi
Pada langkah orientasi siswa
menerima informasi mengenai kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat memancing siswa dalam mengumpulkan informasi tentang keterkaitan
pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Keterlibatan siswa pada tahap ini bisa dilihat dari respon positif yang
dikemukakan juga pengungkapan akan ide awal.
2. Perumusan
masalah
Siswa disuruh membaca contoh
teks eksposisi yang disediakan guru, kemudian siswa lainnya mulai menjelaskan
makna dan istilah teks eksposisi atas contoh teks eksposisi tersebut. Berdasar
contoh teks eksposisi yang telah dibacakan siswa telah terlibat aktif dengan
melakukan pengamatan, kemudian perumusan masalah, dan identifikasi masalah yang
ada.
3. Perumusan
hipotesis
Langkah selanjutnya adalah merumuskan hipotesis atau jawaban
sementara dari permasalahan yang telah dirumuskan untuk selanjutnya merancang
beberapa eksperimen dan mengumpulkan data untuk melakukan pengujian hipotesis.
Setelah semua data terkumpul dan siswa telah merumuskan hipotesis,
maka selanjutnya guru memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan data dan
hipotesis teks eksposisi yang siswa rumuskan.
4. Pengumpulan
data
Siswa mengumpulkan data terkait dengan permasalahan yang diberikan
guru mengenai makna kata, istilah, isi teks eksposisi. Pada tahap ini siswa
dituntut untuk berpikir kritis dan analitis dalam mengumpulkan data-data.
Peserta didik mendiskusikan dan menyimpulkan makna kata, istilah, dan isi teks eksposisi.
5. Pengujian
hipotesis
Setelah merumuskan hipotesis dan mengumpulkan data, guru mengajak
siswa untuk mempresentasikan mengenai makna kata,
istilah, dan isi teks eksposisi yang telah ditemukan. Pada tahap ini
siswa melakukan diskusi, membandingkan rumusan hipotes yang diperoleh dari data
masing-masing, kemudian menyimpulkan hasil data yang telah dikemukakan siswa
lainnya.
6. Penarikan
kesimpulan
Setelah siswa berdiskusi mengenai jawaban atau konsep dari
permasalahan, penarikan kesimpulan bersama-sama dilakukan dengan guru mengenai
kebenaran konsep permasalahan secara ilmiah.
Siswa bersama guru
menyimpulkan pembelajaran akan materi yang telah dipelajari, kemudian
melakukan tindakan refleksi, serta guru mengungkapkan kebenaran konsep
permasalahan pelajaran dan rencana tindak lanjut pembelajaran.
BAB IV.
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Implementasi metode inqiury dalam makalah ini sesuai dengan
pendekatan saintifek yang digunakan pada kurikulum 2013. Hal ini dikarenakan
pada tahap-tahap metode inquiry meliputi orientasi, perumusan masalah,
perumusan hipotesis, pengumpulan data, pengujian hipotesis, dan penarikan
kesimpulan sesuai dengan kegiatan pembelajaran pada kurikulum 2013 yang memuat
berbagai kegiatan meliputi: mengamati, menanya, mengeskplor, mencoba, dan
mengomunikasikan.
Contoh penggunaan metode inquiry pada makalah ini
meliputi materi teks eksposisi yang dibatasi pada KD 3.1 Memahami struktur dan kaidah teks eksposisi baik melalui lisan maupun
tulisan dan 4.1Menginterpretasi
makna teks eksposisi baik secara lisan maupun tulisan.
Daftar Pustaka
Pembelajaran Teks Eksposisi Menggunakan Metode Inquiry Pada Siswa Kelas X SMA
Reviewed by Dunia Trisno
on
7:49:00 PM
Rating:
No comments:
Post a Comment