Anak Orang Miskin Manggil Mama
Hidup
itu ibarat roda yang berputar. Kadang ada di atas, tengah, bahkan ada suatu
masa kita berada di roda paling bawah. Ini adalah kisah seorang Gadis yang
tampak riang di luar, tapi memiliki kegundahan hati yang teramat dalam.
Dulu,
sewaktu SD kedua orangtuanya tinggal di sebuah rumah kontrakan yang begitu
sempit. Sedang, beberapa keluarga dari Mama-nya hidup di garis yang sedikit
beruntung dibanding dia. Pun, sebagai untuk menyambung silaturahmi. Mama dari
Gadis ini mengikuti arisan keluarga setiap dua bulan sekali, sekalipun uang
arisan begitu besar.
Peristiwa
menyentakkan Gadis ini, seorang Tante-nya berkata, “Anak orang miskin manggil
Mama. Nggak pantes.”
Sedih.
Jelas, Gadis ini rasakan. Apalagi yang mengatakan masih termasuk saudara?
Sepengetahuan saya, di dunia ini tak ada aturan hanya anak orang kaya yang
boleh memanggil Mama atau Papa kepada orangtuanya?
Orang
yang bukan keturunan Arab saja, menggunakan panggilan Ummi-Abi. Lantas, apa
salahnya gadis ini menyebut Mama pada ibu kandungnya?
Dan
apa yang bisa dilakukan gadis ini, ketika Tante-nya berkata, bahwa ia tak
pantas memanggil Mama. Tak ada action
yang dilakukan oleh Gadis ini. Jelas saja, tubuhnya masih terlalu mungil. Dan
begitu pun, Mama-nya tak bisa berbuat banyak.
Menurut
penjelasan dokter, penyakit tersebut adalah langka. Dan di rumah sakit di
daerah Malang tersebut baru dua kali ada kasus penyakit itu.
Sontak,
mengetahui keadaan Mama. Gadis yang ceria ini berganti menjadi pendiam
seketika. Motivatornya lemah, ia bernasib lebih lemah lagi. Akibat dari
peristiwa tersebut, ia tak lagi semangat dalam kuliah. Di pikirannya hanya ada
wajah Mama yang menahan rasa sakit. Selalu begitu, dan ini berdampak ke
akademisnya. Nilai IP-nya meluncur bak es kebawah. Maka, seharusnya ia berhasil
menempuh 24 SKS, malah menjadi 21 SKS.
Ketika
ia mencoba bangkit, ia malah mengalami hal yang sama. Di semester selanjutnya,
ia tetap menempuh 21 SKS. Di dalam rasa itu, Sang Mama seperti mengerti
ketakutan anaknya. Maka, Mama pun bertanya padanya, “Nduk, gimana rasanya kuliah? Kata
orang-orang kuliah itu susah?”
“Iya,
Ma. Memang bikin kesel, apalagi tugasnya banyak. Dosen ini ngasik tugas, dosen
lain ngasik tugas itu.”
“Apa
kamu kuat, Nduk?”
“Kuat,
Ma.”
Hanya
kata itu yang bisa meluncur dari bibirnya.
“Lalu,
bagaimana kuliahmu?”
“Ada
beberapa matkul yang harus SP[1],
Ma.”
“Kalau
mau ambil SP, ambil saja. Nggak apa-apa meskipun SPP-nya bayar mahal, yang
penting kamu ndang lulus.”
Gadis
itu hanya mengangguk. Padahal, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam. Ia
menyimpan sebuah rahasia besar. Memang SP harus ia jalani, tapi hanya untuk
beberapa matakuliah yang mendapat nilai C, sedang beberapa matakuliah lainnya
tidak ia tempuh. Dan itu tidak bisa di-SP, kecuali menempuh bersama adik
angkatan.
Ah.
Pada kenyataannya kuliah layar kaca dan bioskop yang begitu memperton-tonkan
betapa mudahnya kuliah. Datang-pergi kampus, berpakaian bebas, hang out bareng teman, bertemu kekasih, dan nggak banyak tugas. Tak
ada sedikit pun adegan yang membahas betapa ribetnya mengerjakan tugas. Seperti
misalnya mahasiswa jurusan eksak yang sedang mengadakan penelitian atau
praktikum, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mengerjakan tugas
analisis karya sastra dan lain-lain.
Ah.
Kuliah. Ah. Ilmu dunia. Kuliah bak seleksi alam saja, di mana yang kuat
bertahan akan menang. Yang pintar dan aktif di pembelajaran, dapat menempuh SKS
yang banyak. Sedang untuk orang-orang yang memiliki kecerdasaan biasa-biasa,
seperti tak pantas mengenyam bangku pendidikan tinggi.
Selain
SKS yang ia tempuh tidak full, kini
ketakutan lainnya juga datang. Ketika ia mengalami kecelakaan. Dan harus
meninggalkan kuliah demi kesehatan beberapa waktu. Waktu yang biasa digunakan
untuk menyimak presentasi teman dan penjelasan dosen hilang percuma. Dan,
ketika ia mencoba untuk bangkit. Keluarganya terkena musibah, ada orang
yang sudah dianggap seperti saudara
meminjam uang dengan nilai 200 juta kepada orangtuanya, sedang orang tersebut
malah melarikan diri.
Sontak
kejadian tersebut membuat gaduh isi rumah. Mama yang tak mengetahui jika Ayah
meminjamkan uang tersebut kepada orang yang melarikan diri itu langsung
menyalakan sosok Ayah. Mereka pun langsung mencari titik terang keberadaan
orang tersebut. Alhasil, orang yang lari itu memiliki banyak utang di
sana-sini. Dan berdasar keputusan, maka
orangtuanya mengadaikan surat tanah sebagai jaminan atas pinjaman orang
tersebut.
Ah.
Begitu mudah orang berhutang, tapi sulit untuk membayar. Kejadian ini membuat
Gadis takut jika ekonomi orangtuanya turun. Apalagi uang duaratus juta tidak
sedikit jumlahnya.
Selain
ketakutan tersebut, ia juga merasakan jika dirinya adalah anak pertama. Dan
memiliki seorang adik. Sebagai anak pertama, ia akan menjadi contoh untuk adiknya
kelak. Maka, tidak ada waktu untuk berleha-leha. Ia mengubah pola hidupnya
menjadi lebih terarah.
Semoga
ia semakin bersemengat dalam mengejar mimpinya. Karena tidak butuh pintar untuk
sukses. Tapi, kejernihan hati dan pikiran. Bismillah, bisa! No Excuse!
Jember, 5
April 2015
[1] SP
adalah semester pendek. Kegiatan yang biasanya dilakukan ketika libur semester,
berkisar 2-3 bulan. Kegiatan di luar kuliah ini bertujuan untuk memperbaiki
nilai kuliah.
Gadis yang Mengalami Pelbagai Kesedihan
Reviewed by Dunia Trisno
on
7:48:00 AM
Rating:

No comments:
Post a Comment