Kamu tidak akan pernah tahu, persahabatan mereka tumbuh mulai dari lagu
Kepompong-nya Sindetosca dijadikan OST sebuah sinetron remaja. Persahabatan
mereka begitu cukup dekat, awalnya mereka terdiri dari tiga orang yakni Della,
Ardo, dan Romi. Dan kamu pun berusaha menjadi salah satu di antara mereka.
Mencoba masuk dan tiba-tiba ditolak tanpa alasan yang tidak kamu mengerti.
Namun, anehnya mereka malah menerima anggota baru bernama Rizi yang baru saja
masuk dalam sekolah mereka. Dan kebetulan sekelas di kelas XII
Baiklah,
kamu mungkin tak memahami siapa Rizi itu. Kamu perlu mengetahuinya terlebih
dahulu, sebelum mengambil kesimpulan pada pemuda itu. Rizi adalah seorang anak
pindahan yang berasal dari Jember, selain itu ternyata ia adalah anak dari
kepala sekolah, tempat di mana Della, Ardo, dan Romi belajar. Kehadiran Rizi
pun memperkuat citra geng mereka se-antero SMA Baluran Situbondo.
Nyaris setiap hari mereka bercanda tawa, juga
menyimak pelajaran dari guru, keempat sahabat itu sudah layaknya saudara. Tak
ada satu pun yang membuat jarak antara mereka. Awalnya Della, Ardo, dan Romi
berteman dengan Rizi karena mereka menilai jika anak kepala sekolah itu butuh
teman agar mudah bersosialasi di tengah kejamnya SMA Baluran, namun ternyata
kedekatan itu membuat mereka merasa memiliki anggota baru yang senasip dan
sepenanggungan.
Sinetron remaja kesukaanmu tiba-tiba berhenti
tayang, bukan karena rating-nya yang buruk. Tapi sinetron tersebut merasa bahwa
sudah saatnya diakhiri, daripada ceritanya dibuat bertambah panjang karena
ratingnya bagus. Pasti hal tersebut tak baik bagi penonton. Kamu pasti setuju
bukan? Tapi tidak dengan keesmpat sahabat itu, mereka merenggut kesal, sebab
lagu Sindetosca di setiap sore tak lagi mereka dengar bersama.
“Aku malas kalo kayak gini!” Ardo berdengus kesal,
sambil memperbaiki kacamata yang bermata minus enam itu.
“Kita
harus protes ke stasiun televisi yang menayangkannya!” Della memberi saran.
Kamu
terdiam, bingung mencerna perkataan dua orang remaja itu.
“Ah,
awalnya aku juga sebal. Mengapa sinetron itu dihentikan? Tapi, bukankah justru
membuat kita fokus terhadap ujian nasional di depan mata!” Rizi mulai bersuara.
Romi, lelaki yang gemuk diantara Ardo dan Rizi hanya
semakin buas dalam memakan kue yang disediakan ibu dari Della.
Kamu
merasa bahwa mereka sudah tak sejalan. Dan benar saja, tiba-tiba salah satu
dari mereka beropini.
“Mari kita satukan mimpi yang satu. Yakni menjadi
pejuang untuk negeri!”
Kamu terbingung? Pejuang untuk negeri? Pekerjaan apa
itu, begitu yang ada dalam pikirmu. Kamu pun mencari tahu, apakah yang dimaksud
adalah TNI/Polri. Dan benar perkiraanmu, keempat sahabat itu mencoba menantang
mimpi yang sama.
Kamu mungkin terkejut, bagaimana mungkin mereka bisa
memiliki satu mimpi yang sama. Bukankah dalam kepala-kepala anak manusia
meskipun otaknya beratnya sama tapi pikiran dan keencerannya jelas berbeda.
Tapi, tidak dengan mereka. Kamu pun melihatnya jika mereka memiliki kesungguhan
dalam mewujudkan mimpinya:
Ardo, yang memiliki minus enam tiba-tiba melakukan
tindakan untuk mengurangi minus ke pengobatan alternatif.
Romi memperketat makanan yang masuk dalam tubuhnya.
Sementara Rizi dan Della yang merupakan anak berada
diantara mereka hanya cukup menjalani latihan bersama.
Ya? Latihan bersama? Kamu kemudian melihat mereka,
melakukan sit-up, push-up, lari-lari kecil, dan sederet aktivitas fisik
lainnya. Akhirnya, sampai suatu ketika mereka memiliki badan yang lumayan bagus
untuk mengikuti seleksi.
“Mengapa Ardo daftar jadi polisi?” seorang guru
kemudian bertanya pada anak didiknya itu, apalagi jika melihat otak Ardo yang
begitu cemerlang. Pasti sukses menjadi sarjana.
“Mencoba, Bu. Mimpi harus terwujud bersama De
Kepompong!”
Bu Guru itu hanya tersenyum menanggapi pernyataan Ardo,
kamu pun begitu. Tapi, tidak dengan Rizi. Ia tiba-tiba menarik diri terhadap
ketiga sahabatnya, hingga suatu ketika kamu mengetahui alasan itu.
Cinta.
“Bagaimana mungkin kau mencintaiku?” tanya Della tak
percaya.
“Haruskah
cinta butuh alasan!”
Ardo dan Rizal bingung terhadap pernyataan Rizi yang
sungguh tak diduga mereka.
“Tapi kita sahabat, dan tak mungkin bersatu. Jika
boleh memilih aku menyukai Ardo. Dan tak mungkin kita bersama. Karena kita
bersahabat.”
Rizi seperti ditimba godam. Kamu pun merasa tertimba
longsor yang begitu menenggelemkan tubuh. Dan persahabatan yang kemudian
menjadi cinta itu runtuh. Bahkan sampai mereka lulus dan menemui
mimpi-mimpinya.
Kamu jangan kembali bingung, mimpi mereka kini tak
lagi sama. Hanya Ardo yang mengentaskan mimpi di Polri. Sedang, yang lainnya
berbeda. Bahkan, lebih tragisnya salah satu dari mereka yakni Romi meninggal
dunia. Kamu mungkin bisa berpikir? Setelah, perseteruan itu Romi kembali kepada
kebiasaan lama. Ia terus makan tanpa ada yang memerhatikan, makanya obesitas.
Sedangkan Rizi dan Della kembali berkoalisi di suatu perguruan tinggi ternama,
hingga benih-benih cinta antara mereka tumbuh, lalu koalisi itu berakhir di
penghulu.
Kamu mungkin membayangkan bagaimana jika mereka
bertemu dalam suatu reuni. Ya, hal itu memang terjadi.
“Ini siapa Rizi? Istrimu?”
“Ya,
Della. Teman kita, sekarang menjadi istriku?”
“Mana
Romi?”
Semua bingung. Kamu juga ingin bicara, tapi tak
diizinkan oleh orang yang menciptamu dalam tulisan ini. Kemudian mereka pun
mencari tahu kepada guru di sekolah yang juga datang di acara itu.
“Romi meninggal, beberapa tahun yang lalu karena
obesitas!”
Mereka menyesal seketika, mengapa karena
permasalahan sepele membuat tali silaturahmi merenggang!
Jember, 08-11-16 5:22 lewat beberapa detik.
Cerpen dan ilustrasi gambar disalin
dari buanakatatop.com
Jelmaan Kepompong (Dimuat di Buana Kata Edisi 1 April 2017)
Reviewed by Dunia Trisno
on
2:29:00 PM
Rating:
No comments:
Post a Comment