Sumber: Facebook Moh. Imron |
Selasa (7 Juli 2015) kemarin kami
KPMS (Komunitas Penulis Muda Situbondo) mengadakan acara launching buku
antologi cerpen Dermaga Patah Hati. Antologi cerpen yang ditulis oleh 14
penulis yang berasal dari Situbondo memiliki tema-tema yang unik, seperti cerpen
Mas Sufi yang berjudul Kyai dan Raja Bandit yang menceritakan kisah Kiyai
As’ad, lalu Mas Yudik yang menceritakan tentang peristiwa pembakaran gereja di
daerah Situbondo beberapa tahun silam (maaf, tidak bermaksud menyinggung hal
tersebut bagi yang kurang berkenan). Dan cerita-cerita lain yang bisa dibaca
sendiri.
Kehadiran antologi ini membuat
dahaga akan karya anak muda yang benar-benar berasal dari daerah sendiri cukup
terobati, mengingat selama ini, budaya konsumtif begitu menggelora di dalam
dada. Sedang, di daerah sendiri ada pembaca tanpa mengetahui jika ada
penulis-penulis.
Selain, itu KPMS sebagai wadah
dari 14 penulis antologi ini membuat teman-teman bisa menumpahkan karyanya.
Entah, motivasi tulisannya yang jelas berbeda-beda.
Tapi, dibalik itu semua. Karya
nyata anak muda ini patut diancungi jempol.
Namun, baru-baru ini saya membuka
suatu grup. Ada suatu komentar yang cukup menyelip dalam hati. Komentar
tersebut saya jadikan tulisan ini, “Berkarya tapi penghasilan minus, sama saja,
Om?” katanya.
Mari, kita luruskan terlebih
dahulu.
Penulis bisa menjadi pekerjaan
atau hanya selingan diantara rutinitas kita. Begitu banyak penulis yang
benar-benar waktunya habis untuk menulis (selain traveler, dan lain-lain.
Maksud tulisan ini tidak memiliki pekerjaan lain seperti guru, dosen, dan
sebagainya). Namun, ada juga penulis yang menulis tanpa meninggalkan pekerjaan
utama.
Sejatinya, menjadi seorang
penulis itu bisa kita niatkan sebagai suatu ibadah. Insya Allah, Allah akan
mempermudah usaha kita. Bukankah jika kita mengejar dunia, dunia yang akan kita
dapat. Tapi, jika kita mengejar akhirat, insya Allah dunia-akhirat kita dapat.
Nah, sehubungan dengan pekerjaan penulis.
Kita bisa menjadi penulis yang berdakwah dan berjihad dengan cara yang berbeda
yakni melalui tulisan kita, karya kita.
Terlepas, apa karya kita dilirik
oleh penerbit atau media. Bukankah itu urusan di belakang. Yang terpenting kita
telah mencoba menulis. Insya Allah, jika jalannya akan dipermudah oleh-Nya.
Di dunia ini tidak ada yang
instan, bahkan sekalipun mie instan saja. Masih butuh proses. Prosesnya itu,
air didihkan terlebih dahulu, bumbu-bumbu diletakkan di piring, dan menunggu
beberapa menit dulu untuk siap kita makan.
Lalu, bagaimana dengan
kesuksesan. Tentu, butuh waktu dan usaha. Toh, tidak ada hasil yang
mengkhianati usaha.
Bahkan penulis yang karyanya
telah diangkat oleh beberapa PH film saja. Pernah dilecehkan oleh senior
SMA-nya. Siapa dia? Asma Nadia. Tidak percaya, silakan baca No Excuse! Karya
Isa Alamsyah. Atau, butuh contoh lain. Mari kita lihat, Andrea Hirata yang
ditolak beberapa kali, sebelum novel Laskar Pelangi terbit dan difilmkan.
Butuh contoh lagi, mari kita
lihat JK Rowling. Tidak tahu? Silakan cek sendiri di Google tentang usaha dia
menjadi penulis sebelum karyanya yang menjadi Internasional Best Seller itu
difilmkan.
Lalu, bagaimana menyikapi judul tulisan
ini?
Silakan jawab sendiri.
Baca
Juga:
Berkarya Tapi Penghasilan Minus? Sama Saja, Om? Oh, No!
Reviewed by Dunia Trisno
on
9:35:00 PM
Rating:
4 comments:
Setuju, menulis itu juga ibadah jika memang diniatkan demikian. Lima tahun lamanya aku menulis di blog hanya untuk menyalurkan passion. Eh tiada disangka malah kemudian dilirik beberapa perusahaan dan diajak kerja sama. Akhirnya blog itu pun menghasilkan uang lumayan. ira
manteb
Keren, Mbak. Aku menulis di blog dari SMP tapi ya tulisannya ecek-ecek heheh. Dan pasang surut juga. Kehadiran komentar Mbak membuat saya terus semangat menulis di blog yang sederhana ini. Insya Allah. Terima kasih telah mampir. :)
Siip. Tks sudah berkunjung di rumah sederhana ini :)
Post a Comment