Analisis Puisi Sajak Atas Nama karya Mustofa Bisri dengan Teori Strata Norma Roman Ingarden
Oleh: Sutrisno Gustiraja Alfarizi/130210402039
Puisi Sajak Atas Nama karya Mustofa Bisri
Sajak
Atas Nama
Ada yang atasnama Tuhan melecehkan
Tuhan
Ada yang atasnama negara merampok negara
Ada yang atasnama rakyat menindas rakyat
Ada yang atasnama kemanusiaan memangsa manusia
Ada yang atasnama negara merampok negara
Ada yang atasnama rakyat menindas rakyat
Ada yang atasnama kemanusiaan memangsa manusia
Ada yang atasnama keadilan meruntuhkan
keadilan
Ada yang atasnama persatuan merusak persatuan
Ada yang atasnama perdamaian mengusik kedamaian
Ada yang atasnama kemerdekaan memasung kemerdekaan
Ada yang atasnama persatuan merusak persatuan
Ada yang atasnama perdamaian mengusik kedamaian
Ada yang atasnama kemerdekaan memasung kemerdekaan
Maka atasnama apa saja atau siapa
saja
Kirimlah laknat kalian
Atau atasnamaKu perangilah mereka!
Dengan kasih sayang!
Kirimlah laknat kalian
Atau atasnamaKu perangilah mereka!
Dengan kasih sayang!
Rembang, Agustus 1997
Analisis Puisi “Sajak Atas Nama” Mustofa
Bisri
Tema
: Atas Nama (perwakilan) yang
disalahgunakan
Amanat :
Jangan sembarang mengatasnamakan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu, apalagi
jika sesuatu tersebut diperoleh dengan cara yang tak baik.
Tipografi : Larik netral/nirbait
Perasaan :
Kecewa
Suasana :
Jengkel
Diksi :
Penggunaan kata-katanya sederhana dan mudah dipahami
Rima :
awal, tak beraturan
Gaya Bahasa :
Citraan : Gerak dan Penglihatan
Analisis strata norma Roman Ingarden
Lapis bunyi
1. LAPIS
BUNYI/LAPIS SUARA
Lapis bunyi dalam sajak adalah semua satuan bunyi yang didasarkan atas konvensi bahasa tertentu. Lapis bunyi dalam puisi mempunyai tujuan untuk menciptakan efek puitis dan nilai seni. Mengingat Bunyi dalam sajak bersifat estetik yang berfungsi untuk mendapatkan keindahan dan tenaga ekspresif. Dengan kata lain bunyi juga memilki fungsi sebagai alat penyair untuk memperdalam ucapan, menimbulkan rasa, menimbulkan bayangan angan yang jelas, dan sebagainya. Dalam sejarah puisi, bunyi pernah menjadi unsur kepuitisan yang paling dominan (utama) pada sastra Romantik (abad ke-18 dan 19). Bahkan Paul Verlaine, seorang simbolis, mengatakan bahwa musiklah yang paling utama dalam puisi. Slametmuljana menambahkan bahwa tiap kata (dalam puisi) menimbulkan asosiasi dan menciptakan tanggapan di luar arti yang sebenarnya. (Rachmat Djoko Pradopo, 2002; 22).
Ada
yang atasnama Tuhan melecehkan Tuhan
Ada yang atasnama negara merampok negara
Ada yang atasnama rakyat menindas rakyat
Ada yang atasnama kemanusiaan memangsa manusia
Ada yang atasnama negara merampok negara
Ada yang atasnama rakyat menindas rakyat
Ada yang atasnama kemanusiaan memangsa manusia
Pada bait pertama dalam puisi,
keterpaduan bunyi konsonan (aliterasi) bunyi n terdapat pada kata Tuhan,
melecehkan, kemanusiaan. Bunyi n dalam bait ini menambah keindahan puisi sajak
atas nama ini. selain itu terdapat hal yang menunjukan keheranan, mengapa
kondisi dalam puisi tersebut bisa terjadi. Selain bunyi konsonan (aliterasi)
bunyi n, juga terdapat kombinasi vokal (asonansi) bunyi a yakni pada kata ada,
atasnama, negara,memangsa, manusia. Hal tersebut menimbulkan keindahan dalam
puisi yang sarat akan sindiran ini.
Ada
yang atasnama keadilan meruntuhkan keadilan
Ada yang atasnama persatuan merusak persatuan
Ada yang atasnama perdamaian mengusik kedamaian
Ada yang atasnama kemerdekaan memasung kemerdekaan
Ada yang atasnama persatuan merusak persatuan
Ada yang atasnama perdamaian mengusik kedamaian
Ada yang atasnama kemerdekaan memasung kemerdekaan
Pada bait kedua dalam puisi,
keterpaduan bunyi konsonan (aliterasi) bunyi n kembali ada, yakni pada kata
keadilan, meruntuhkan, persatuan, perdamaian, kedamaian, kemerdekaan. Hal ini
menunjukan keberanian.
Maka
atasnama apa saja atau siapa saja
Kirimlah laknat kalian
Atau atasnamaKu perangilah mereka!
Dengan kasih sayang!
Kirimlah laknat kalian
Atau atasnamaKu perangilah mereka!
Dengan kasih sayang!
Berbeda dengan bait pertama dan
kedua yang didominasi oleh bunyi konsonan (aliterasi) bunyi n. Di bait ketiga.
Terdapat bunyi euphony a dan u, seperti pada kata apa, saja, siapa, atau,
atasnamaKu, mereka. Bunyi euphony dalam puisi sajak atas
nama dipakai untuk menghadirkan suasana
semangat, gerak, vitalitas hidup. Selain euphony (a) terdapat pula bunyi
sengau pada kata perangilah, sayang menambah
merdu bunyi yang dihasilkan.
2. Lapis
Arti
Lapis arti
digunakan untuk memaknai puisi secara lebih lengkap dengan membuat sebuah puisi
dengan bahasa yang padat menjadi sebuah prosa yang lebih jelas menceritakkan
isi puisi. Kegiatan memprosakan puisi lazim disebut pharaphrase.
Puisi
“SAJAK ATAS NAMA” mengisahkan bahwa ada beberapa orang yang atas nama apa saja,
mengirim laknat (perintah/sabda) ke orang lain. Secara keseluruhan bacaan
(tafsiran) sajak tersebut sebagai berikut:
Bait
ke-1
Di tempat yang penuh kekacauan ada yang atas nama Tuhan melecehkan
tuhan. Di tempat yang penuh kekacauan ini banyak orang-orang yang merampok
negara atas nama negara (kuroptur, perampok, dan sejenisnya). Di tempat yang
penuh kekacauan ini para wakil rakyat (pejabat pemerintah) melakukan kejahatan
dengan menindas rakyat yang tak berdaya, bahkan mereka (Para perjabat) juga
sering membuat kebijakan yang memangsa rasa manusia rakyatnya.
Bait
ke-2
Di tempat yang penuh kekacauan ini ada yang meruntuhkan keadilan atas
nama keadilan, bahakan tak jarang manusia tersebut membuat kerusakan atas nama
persatuan, hingga para rakyat bak terusik oleh kebijakan wakil rakyat yang tak
benar-benar pro rakyat, bahkan kebijakan mereka membuat rasa bebas (merdeka)
rakyat begitu terpasung (dikekang).
Bait
ke-3
Berdasarkan pada baik
ke-1 dan ke-2, yaitu di tempat ini, di negeri ini, dipenuhi oleh orang jahat
yang hanya mementingkan kehidupan dunia yang maya yang didapat dari hasil
kejahatan, perbuatan hina, maka pada hakikatnya kita sebagai umat manusia harus
menyakini akan adanya Tuhan hingga kita membalas keburukan dengan kebaikan.
Seperti tergambar pada bait berikut.
Pada hakikatnya dunia
dan kehidupan ini (bumi ini) banyak orang yang mengatas namakan siapa saja dan
apa saja mengirim banyak laknat (perintah) yang merugikan sesama, bahkan juga
ada beberapa orang yang mengirim laknat atas nama-Nya, oleh karena itu kita
diuntut untuk bisa memerangi mereka dengan kasih sayang (kebaikan).
3. Lapis Objek
a.)
Objek-objek yang dikemukakan antara lain : Tuhan, negara, manusia,
b.)
pelaku atau
tokoh (orangketiga) orang yang sering mengatasnamakan sesuatu, bisa pemerintah
atau pemegang kuasa.
c.)
Dunia pengarang:
Di tempat yang penuh kekacauan (tempat yang
dimaksud bisa negara atau sebagian wilayah di negara seperti kota atau provinsi)
ada yang atas nama Tuhan melecehkan Tuhan. Peristiwa perampokan (penjarahan)
uang atau barang atas nama negara, yang bisa dilakukan wakil rakyat (pejabat
pemerintah). Bahkan kejahatan mereka tidak cukup sampai di situ, para pejabat
tersebut sering menindas rakyat dengan membuat kebijakan yang menjadikan rakyat
sebagai korbannya (mangsa). Rasa keadilan di tempat ini pun runtuh, bahkan
kerusakan atas nama persatuan pun terjadi. Akibatnya rakyat tak memiliki
kebebasan dalam segala hal, karena rasa meredeka rakyat telah dipasung. Di tempat yang penuh kekacauan itu diisi oleh orang
jahat yang hanya mementingkan kehidupan dunia yang diperoleh dari hasil
kejahatan, perbuatan hina, maka pada hakikatnya kita sebagai umat manusia harus
menyakini akan adanya Tuhan hingga kita membalas keburukan dengan kebaikan.
4.
Lapis Dunia
Rakyat yang merasakan ketidakadilan dalam kehidupan
tata negara akibat pemerintah yang mengambil kebijakan yang tidak pro-rakyat,
serta memasung kemerdekaan rakyat, bahkan orang-orang yanga mengatasnamakan
sesuatu itu telah melaksanakan tindakan yang tidak diharap oleh sesuatu yang
diwakilkan itu.
5.
Lapis metafisis
Lapis kelima adalah lapis metafisis yang
menyebabkan pembaca berkontemplasi.
Dalam sajak
ini, lapis itu berupa pencarian makna akan kebebasan yang ditunjukkan oleh
tokoh dara. Dalam sajak ini, lapis itu
berupa pencarian makna akan sesuatu yang sering diwakilkan yang ditunjukan oleh
objek Tuhan, negara, rakyat. Dalam pencariannya akan hal tersebut, ia menemukan
sesuatu yang diwakilkan itu tak sesuai dengan harapan apa yang diwakilkan.
Pewakil dalam hal ini bisa disebut pemerintah (penguasa) melakukan penindasan
melalui tindakan seperti merampok uang negara, membuat kebijakan yang mnindas
rakyat hingga membatasi kemerdekaan rakyat.
Jangan lupa tinggalkan komentar, follow blog, follow twitter @gustitrisno dan G+ (+Gusti
Trisno), ya? Apabila informasi ini bermanfaat bagi kamu. Bisa juga follow
FP Blog Gusti Trisno biar dapat update info setiap hari. J
Analisis Puisi Sajak Atas Nama karya Mustofa Bisri dengan Teori Strata Norma Roman Ingarden
Reviewed by Dunia Trisno
on
7:25:00 PM
Rating:
No comments:
Post a Comment