Selalu ada cara baru dalam menyikapi segala persoalan hidup, ibarat dua keping uang logam, ada gambar garuda, dan penunjuk nominal. Setiap sisi memiliki makna, bergantung dari sudut mana kita mengartikannya. Begitu juga dalam menuntut ilmu.
Kisah Raeni ini mengingatkan kita, bahwa sejatinya ilmu itu tidak diwariskan tapi diperoleh dari proses PEMBELAJARAN. Dibutuhkan banyak motivasi dalam menuntut ilmu. Motivasi terbesar itu kita bisa ambil dari orangtua. Ya, orangtua. Cukup dengan membayangkan wajah teduh ibu dan wajah lelah ayah, semua rintangan dalam menuntut ilmu bisa kita lawan.
Saya sering mendengar obrolan adik-adik SMA “Kuliah itu kan mahal, nah untuk yang kurang mampu itu gimana?” kata-kata itu seharusnya di STOP dari sekarang, dan diganti dengan “Bagaimana ya kita bisa berprestasi di SMA dan berlomba-lomba mendapat beasiswa di bangku KULIAH?” karna menurut pengalaman saya sendiri di bangku kuliah itu banyak sekali program beasiswa seperti yang diterima Raeni itu, syaratnya pun tidak terlalu susah, hanya bermodal semangat dan doa. Tentunya tidak hanya cukup itu, masih ada syarat yang lain, seperti nilai harus bagus ketika di SMA, mempertahankan IP, dan lain-lain. Beasiswa Bidik Misi ini pun sangat bermanfat untuk kita, karena selain biaya kuliah dibayar pemerintah, para mahasiswa juga mendapat uang saku perbulan (untuk wilayah Jember sendiri Rp 600.000/bulan). Lalu, dengan fasilitas seperti itu, masihkah kita takut untuk kuliah? Semoga saja kata TIDAK yang keluar dari lisan kita. Tentunya beasiswa tersebut bisa menjadi motivasi kita dalam berkuliah, selain membanggakan orangtua tentunya. Setelah nantinya kita mendapat beasiswa entah itu BIDIKMISI ataupun yang lain. Langkah selanjutnya adalah terus semangat dalam menuntut ilmu, karena kita akan menghadapi serangkaian ujian yang nantinya akan membuat bertambah dewasa. Ujiannya itu bisa berupa rasa letih, malas dalam belajar, kesibukan organisasi, materi terlalu sulit, dan lain-lain. Dalam menyikapi persoalan ujian tersebut, kita harus banyak beristighfar, mendekatkan diri pada-Nya, ingat perjuangan orangtua, dan tak lupa INTROPEKSI DIRI.
"Al-Ilmu nurun wa nurullahi la yuhda li ashin"
Sesungguhnya ilmu adl cahaya, dan cahaya Allah tidak akan datang kepada seseorang yang berbuat maksiat. Begitu kata Guru Bijak Imam Syafi’I.
Se instans-instannya mie instan masih butuh proses. Prosesnya itu meliputi, menunggu air mendidih, menaruh bumbu-bumbunya di piring dan lain-lain. Apalagi untuk kesuksesan hidup seseorang. Di dalamnya penuh ujian, tangisan, tawa semua silih berganti. Dan dengan ilmu yang kita punya, kehidupan akan jauh lebih terang. Ingat ilmu adalah cahaya. Kehidupan akan berhenti jika tidak ada cahaya di sana. Kehidupan tanpa cahaya akan dipenuhi dengan kegelapan dan kesesatan.
Mulai hari ini, niatkan pada diri kita. "Aku bisa mengerjakan tugas ini, aku bisa kuliah, dan aku bisa membanggakan orangtua." Dibalik kesusahan pasti ada kemudahan. Semoga kita senantiasa terus bersemangat dan termovitasi dalam menuntut ILMU.
Gusti Trisno
*Pernah dipublikasikan di blog Komunitas Penulis Muda Situbondo
Antara Motivasi, Semangat, dan Orangtua*
Reviewed by gusti trisno
on
10:54:00 AM
Rating:
No comments:
Post a Comment