Siapa
yang tidak mengenal tape atau tapai? Kudapan yang dihasilkan dari proses
fermentasi bahan pangan berkarbohidrat ini
merupakan makanan khas Indonesia lho. Walaupun begitu negara-negara tetangga
juga ikut merasakan, biasanya substrak tape berasal dari umbi singkong dan
beras ketan.
Sumber: http://2.bp.blogspot.com |
Sementara
itu, ragi untuk fermentasi tape merupakan campuran beberapa mikroorganisme,
terutama fungi (kapang dan jamur), seperti Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus
oryzae, Endomycopsis burtonii, Mucor sp.,Candida utilis, Saccharomycopsis
fibuligera, dan Pediococcus sp., namun tidak tertutup kemungkinan jenis lain
juga terlibat.
Wah,
banyak juga ya bahan untuk fermentasi. Makanya tape hasil fermentasi dengan
ragi yang didominasi S. cerevisiae umumnya berbentuk semi-cair, lunak, berasa
manis keasaman, mengandung alkohol, dan memiliki tekstur lengket.
Oh
ya, tape diproduksi oleh industri skala kecil dan menengah, tetapi tidak
menuntut kemungkinan suatu saat tape akan diproduksi dalam skala besar.
Apalagi
tape memiliki banyak keunggulan lho. Seperti yang diungkap oleh Wikipedia:
1.
Mengandung Vitamin B1 (tiamina) hingga
tiga kali lipat
Vitamin ini diperlukan oleh sistem saraf,
sel otot, dan sistem pencernaan agar dapat berfungsi dengan baik. Karena
mengandung berbagai macam bakteri “baik” yang aman dikonsumsi, tape dapat
digolongkan sebagai sumber probiotik bagi tubuh. Cairan tape dan tape ketan
diketahui mengandung bakteri asam laktat sebanyak ± satu juta per mililiter
atau gramnya. Produk fermentasi ini diyakini dapat memberikan efek menyehatkan
tubuh, terutama sistem pencernaan, karena meningkatkan jumlah bakteri dalam
tubuh dan mengurangi jumlah bakteri jahat.
2 2.
Mengikat dan mengeluarkan aflatoksin dari
tubuh
Aflaktosin merupakan zat toksik atau racun
yang dihasilkan oleh kapang, terutamaAspergillus flavus. Toksik ini banyak kita
jumpai dalam kebutuhan pangan sehari-hari, seperti kecap. Konsumsi tape dalam
batas normal diharapkan dapat mereduksi aflatoksin tersebut.
3 3.
Rentan Anemia
Ternyata singkong yang digunakan sebagai bahan dasar tape itu mengandung sianida
yang bersifat toksik dalam tubuh manusia. Makanya tak heran di beberapa negara
tropis yang mengonsumsi singkong sebagai karbohidrat utama, penduduknya rentan
menderita anemia. Konsumsi tape dapat mencegah terjadinya anemia karena
mikroorganisme yang berperan dalam fermentasinya mampu menghasilkan vitamin B12.
Wah,
keunggulanya banyak juga. Walaupun begitu mengonsumsi tape secara berlebih juga
tidak baik lho. Dengan kata lain tape juga memiliki kelemahan. Seperti berikut:
1.
Menimbulkan
infeksi pada darah dan gangguan sistem pencernaan.
2.
Melemehkan
sistem imun
Untuk
mengurangi dampak negatif tersebut, konsumsi tape perlu dilakukan secara
terkendali dan pembuatannya serta penyimpanannya pun dilakukan dengan higienis.
Nah,
untuk kami siswa kelas XII IPA 3 berkesempatan untuk mencoba membuat tape. Adapun
rasa dan jenis tapenya berbeda-beda. Seperti pada tabel berikut:
Nama
|
Jenis Tape
|
Rasa
|
Kemasan
|
Harga
|
Kel 1
|
Tape Ketan Hitam
|
Kecut
|
Dibungkus
daun
|
-
|
Kel 2
|
Tape Ketan
Hitam Putih
|
Kecut
|
Dibungkus
daun
|
-
|
Kel 3
|
Tape Ketan Hijau
|
Manis
|
Dibungkus
daun
|
Rp.1.000/bungkus
|
Kel 4
|
Tape Ketan Putih
|
Kecut
|
Dibungkus
daun
|
-
|
Sudah
kebayangkan rasanya? Nah, karena kelompok saya kedapatan bagian membuat tape
ketan hitan. Saya akan berbagi proses pembuatannya ya!
Sebelumnya,
kalian harus menyiapkan bahan-bahan berikut
- 500 gram beras ketan hitam.
- 2 gelas air
- 1 butir ragi tape
- Gula halus (secukupnya)
Setelah
itu, lakukan prosedur berikut:
·
Cucilah
beras ketan hitam sampai bersih
· Setelah
selesai beras ketan hitam harus direndam semalaman agar lembek. Karena beras
tape ketan hitam tergolong keras, biar lebih cepat prosesnya.
·
Jika
sudah direndam esoknya, tiriskan lalu kukus hingga setengah matang. Kalau
sulit bisa dimasak dengan sedikit air, kira-kira hanya sampai setengah
matang lalu dikukus.
·
Sementara
kalian mengukus beras ketan hitam tadi, siapkanlah air panas 2 gelas.
·
Saat
ketan sudah panas mengepul, siram siram dengan air mendidih tadi (posisi
kukusan tetap berada di atas kompor) sambil diaduk-aduk hingga semua ketan rata
terkena air panas.
·
Teruskan
mengukus sampai ketan sudah menjadi matang.
·
Jika
sudah matang, angkat ketan dan ratakan dalam nampan atau tampah/nampan
yang besar dan lebar.
·
Biarkan
hingga benar-benar dingin,semetara menunggu dingin, haluskan raginya.
·
Ratakan
selapis pertama ketan dalam wadah ukuran sedang, taburi ragi hingga rata.
Taburkan juga gula halus secukupnya, tanpa gula juga tidak apa/tidak harus
karena nanti tape juga menjadi manis.
·
Tambahkan
selapis kedua ketan diatasnya, taburi ragi lagi dan gula kastor. Lakukan
seterusnya ketiga keempat dst hingga bahan habis.
·
Tutup
rapat dan diamkan selama 3 hari 2 malam di tempat yang hangat.
·
Sebaiknya
siapkan wadah seperti baskom kecil atau sedang, kemudian diberi /dialasi daun
pisang didalam wadah baskom tadi baru ketan hitam yang telah diberi ragi
diletakan didalam nya. Lalu kemudian tutup dengan rapat seperti membungkus
nasi,bisa juga diatasnya ditutup kain.
·
Kira
kira 3 hari hari baru boleh dibuka, jangan dibuka sebelum 2 atau 3 hari karena
proses permentasi bisa terganggu. Bisa juga kalian cium baunya, apabila
sudah kuat aroma tapenya, bisa jadi tape sudah siap untuk dihidangkan walaupun
belum 3 hari.
Mudah
kan? Tetapi ketika kalian berniat membuat tape saya akan memberikan beberapa
tips seperti:
1.
Kalian
membutuhkan kecermatan yang tinggi agar singkong atau ketan dapat menjadi
lunak, sehingga proses fermentasi berlangsung dengan baik.
2.
Berishkan
pula alat-alat dan bahan-bahan sebelum tape diolah. Apalagi jika alat-alatnya
berminyak bisa menyebabkan kegagalan fermentasi lho.
3.
Air
yang kalian gunakan juga harus bersih loh, jangan sampai menggunakan air hujan.
Apabila menggunakan air hujan pasti kalian tidak akan berhasil membuat tape.
Sekian
tips dan kisah saya seputar pembuatan tape? Jika merasa tulisan ini menarik,
bagikan saja tidak apa-apa kok.
Rasakan Sensasi Membuat Tape
Reviewed by gusti trisno
on
8:07:00 PM
Rating:
2 comments:
kita juga punya nih jurnal mengenai Ragi silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/940/1/20406586.pdf
iya makasih atas sarannya :)
terimakasih sudah berkunjung :)
Post a Comment