Beta adalah singkatan nama kami. Sekelompok remaja yang berencana berlibur di salah satu objek wisata di Kabupaten Jember. Adapun akronim dari nama itu adalah B untuk Budi, E untuk Egar, T untuk Trisno (saya), dan A untuk Arief.
Ketika
melakukan perjalanan ke tempat tersebut, kami memutuskan untuk menaiki sepeda
motor dengan formasi yang dibonceng Arief dan Budi dibonceng Egar.
Perjalanan
kami dimulai sekitar jam enam pagi. Pertama kali saya dijemput oleh Budi,
selepas itu Budi memarkir sepeda motornya di rumahnya sekaligus menunggu Arief
menjemput kami. Barulah selepas itu, saya dan Budi dibonceng oleh Arief menuju
rumah Egar yang berjarak sekitar lima belas menit dari rumah Budi.
Tepat
jam tujuh kami sampai rumah Egar, sekaligus Budi langsung dibonceng oleh lelaki
itu. Walaupun begitu, Egar memilih posisi menjadi yang dibonceng sehingga Budi
menyetir sepeda motor lelaki itu.
Perjalanan
langsung kami lanjutkan, sesuai kesepakatan bahwa jalan dengan kecepatan sedang.
Akhirnya, sekitar dua jam kami kebingungan untuk menuju lokasi wisata itu. Ternyata,
Budi yang menjadi kompas kami malah lupa jalan menuju Papuma. Sampai-sampai
kami hampir sampai di Puger. Beruntung kami langsung menanyakan kepada penduduk
sekitar. Rambu-rambu perjalanan langsung kami pahami, sekaligus kembali
melanjutkan perjalanan.
Rasa
takjub langsung muncul ketika tiba di gerbang utama menuju Papuma. Sebab keindahan
pemandangan sekitar patut diancungi jempol. Hutan yang dipenuhi dengan
pepohonan rindang juga turut menambah kesejukan di siang itu. Tak henti-henti
pula penyakit narsis saya kumat dan berharap berfoto di tempat itu.
“Hati-hati
rawan longsor ketika hujan.”
Akhirnya
keinginan itu meluap seketika ketika teman-teman menunjuk papan tulisan itu. Padahal,
situasi sekarang sedang tidak hujan, barangkali tulisan itu hanya alibi agar tidak
berhenti terlebih dahulu sebelum sampai di lokasi tujuan. Nyaris
saya tidak percaya lokasi Papuma yang berada di kawasan atas bukit jika tidak
menyaksikan dengan mata sendiri. Dan saya kembali melihat pemandangan indah
ini, hingga tak terasa jalan yang berkelok-kelok ini terbayar dengan pemandangan
yang bertambah menakjubkan. Dan langsung kami bernarsis ria.
O
ya, kawasan Papuma ini terletak di Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu [sekitar 37
Km dari pusat kota Jember]. Selain menyajikan panorama alam yang eksotis,
Tanjung Papuma juga menyediakan fasilitas yang cukup memadai, dan akses
kendaraan menuju lokasinya yang mudah dijangkau [dengan kendaraan pribadi]
membuat pantai ini cukup populer di kalangan wisatawan. Tanjung Papuma
sebenarnya bernama Pasir Putih
Malikan, yang kemudian disingkat menjadi Papuma. Sedangkan embel-embel "Tanjung" itu sendiri karena
memang letak pantainya yang menjorok ke arah laut
Sebagai
tambahan informasi untuk mengunjungi lokasi ini cukup membayar 7.000 rupiah di
hari libur, sementara jika menggunakan kendaraan ada karcis untuk roda 2
sebesar 1.000 rupiah, roda 4 sebesar 2.000 rupiah, dan roda 6 sebesar 6.000
rupiah. Jika ingin fasilitas tambahan semisal Restaurant & Cafe,
Penginapan, Outdoor Papuma Learning Centre, dan Paket Outbond tinggal menambah
rogok rupiah di kantong deh. Tetapi, tenang biayanya murah kok! Tak percaya? Datangilah
Tanjung Papuma dan nikmati keindahannya!
Batu besar |
Kawasan Atas Bukit Papuma |
Ketiga sahabat |
Sensasi Keindahan di Tanjung Papuma
Reviewed by gusti trisno
on
7:48:00 PM
Rating:
No comments:
Post a Comment